PENGARANG : Yudhi Soetrisno Garno
Abstract

It has been known that shrimp culture failed due to accumulation of organic waste in the bottom of pond. To avoid the accumulation of organic waste in the bottom BPPT (Agency for the assassment and Application of Technology) and IPB (Bogor Agricultural University) developed shrimp culture in “water tight pond”. Using the “water tight pond”.technology, the accumulation of organic waste will not occur because the sedimented organic was threw out by pumping every time in attempt to know the number of organic waste from water tight pond, and their impact to coastal water this paper was arranged. This paper reveal that althought the application of “water tight pond” in Kulonprogo (Center Java) and Ujung Genteng (West Java) success in shrimp production, but it has to pay particular attention to the organic waste that without treatmen have been thrown out to coastal waters. In coastal water will create many problems. Organic waste will be used by microba to extend their life, and spread to the other coastal waters area. Organic waste decomposition will produce gases (NH3 and H2S) that dangerous to the water organisms ; and produce nutrient that will create eutrofication in the coastal waters.

Katakunci : shrimp culture, water tight pond, organic waste, coastal waters, eutrification
Sumber :
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.3, No.5, (Agustus 2001), hal. 70-76
Humas-BPPT/ANY
PENDAHULUAN

Pada prinsipnya budidaya udang adalah kegiatan membesarkan dan menggemukan udang di suatu badan air (tambak) selama periode waktu tertentu, dipanen dan dijual dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Secara umum berdasarkan padat penebaran dan makanan yang diberikan, budidaya udang dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni

  1. Budidaya konvensional merupakan pembesaran udang dengan padat penebaran rendah (1-5 ekor/m2), tidak diberi makanan tambahan. Makanan udang dipercayakan pada makanan alami yang tumbuh karena pemberian pupuk.
  2. Budidaya intensif; merupakan pembesaran udang dengan padat penebaran tinggi (>30 ekor/m2, makanan tambahan diberikan dalam dosis tinggi
  3. Budidaya semi intensif; merupakan pembesaran udang dengan padat penebaran sedang (5-30 ekor/m2, diberi makanan tambahan secukupnya, dan makanan alami melalui pemupukan untuk menumbuhkan makanan alami.

KESIMPULAN

Untuk meningkatkan kembali produksi udang yang pernah gagal karena kematian massal akibat akumulasi sisa pakan di dasar tambak; teknik budidaya di tambak kedap air yang menyedot dan membuang sisa pakan secara teratur dapat diharapkan kebersihannya. Namun demikian; sangat disayangkan bahwa saat ini penerapan teknologi tambak kedap air tersebut di pantai selatan P.Jawa, nampak tidak sangat ramah lingkungan karena limbah sisa pakan yang dikeluarkan langsung dibuang ke perairan pantai, hingga mengancam kelesterian ekosistem yang dampaknya dapat mengakibatkan “keuntungan ekonomi dari peningkatan produksi udang oleh teknologi budidaya kedap air akan menjadi tidak berarti dibandingkan dengan dampak yang akan ditimbulkan yutrofikasi tersebut”.